Hai
hai hai ... I'm Back :D Kali ini di postingan yang penuh kedamaian ini aku mau
share tentang cerpen fiksi yang udah setahun nginep di laptop ku. Sayang kan
udah capek-capek di buat tapi nggak di baca. Udah lama banget ni cerpen minta
di publikasikan, biar bisa di baca :D Cerpen fiksi ini adalah cerpen tentang
persahabatan.
Di
dalam persahabatan yang paling dibutuhkan adalah kedekatan emosional antara
masing-masing individu sehingga menghasilkan pengertian pengokoh ikatan
persahabatan. Untuk memupuk kedekatan emosional itulah kita harus sering
melakukan berbagai macam kegiatan yang positif bersama sahabat kita, seperti
menonton film favorit, memasak juga mungkin berkebun. Selain kegiatan-kegiatan
tersebut, ada beberapa treathment yang dibutuhkan guna memupuk persahabatan
yakni mengingat hari-hari spesial persahabatan anda, dan jangan lupa memberikan
sesuatu di hari spesial tersebut.
Well,
langsung saja ini dia cerpen fiksi persahabatan yang wajib buat di baca,
Cekidoott ...
Sobat Paling Setia
Karya: Elvininda Ervita Ningrum
Jam dinding yang terletak di atas tempat tidur Diara sudah menunjukkan jam 5 sore. Dua orang cewek yang duduk di atas kasur yang empuk itu memperhatikan sahabat mereka yang masih saja sibuk mengurusi rambut yang sebenarnya sudah terlihat sangat cantik.
“Masih berapa lama lagi, Ra?” tanya Vania, seorang cewek berpenampilan simpel dengan kaos dan jeans serta rambut yang di ikat berantakan.
“Diara kan emang paling repot kalau mau pergi,” sahut Icha, cewek pemalu yang tidak terlalu banyak ngomong. Penampilan Icha manis, rok dan kemeja yang ia pakai seolah menunjukkan kepribadiannya yang lembut. Dibandingkan dua sahabatnya yang lain, Icha memang paling sabar, serba teratur, dan juga dewasa.
Diara, si feminim dan juga perfeksionis itu akhirnya mendapatkan penampilan yang ia inginkan. Dress dengan panjang 5 senti di atas lutut sangat cocok dipakai oleh bentuk tubuhnya yang tinggi dan langsing itu. Rambutnya yang panjang baru saja di blow dan di beri sedikit ikal pada bagian ujungnya, “Maaf, maaf, udah bikin kalian nunggu lama,” kata Diara sambil memasukkan hair drayer yang ia gunakan barusan ke dalam tempatnya. “Ayo berangkat,” lanjut cewek cantik itu sambil menarik kedua tangan sahabatnya untuk keluar dari dalam kamarnya yang di dominasi warna pink itu.
Malam minggu , waktu yang paling di senangi dan di nanti-nanti banyak orang terutama para remaja. Sudah menjadi kebiasaan Vania, Icha, dan Diara untuk menghabiskan waktu sepanjang malam. Jalan-jalan, menjelajahi cowok-cowok keren di sekitar tempat nongkrongnya anak-anak gaul, dan juga wisata kuliner tanpa memikirkan kalori yang masuk ke dalam tubuh mereka.
Seluruh penghuni sekolah juga tahu betapa dekatnya mereka. Dan walaupun tidak termasuk dalam daftar cewek-cewek populer, ketiga cewek itu cukup dikenal di lingkungan sekolah.
Puas menghabiskan waktu bersama karena sudah sangat malam, biasanya Icha dan Vania tidak pulang ke rumah mereka, tapi memutuskan untuk menginap satu malam di rumah Diara. Selain nggak mau mengganggu orang rumah yang pasti sudah tidur, rasanya lebih menyenangkan kalau malam minggu benar-benar dihabiskan bertiga. Lagipula, orangtua Diara justru senang rumahnya dikunjungi oleh Icha dan Vania yang memang sopan. Orangtua kedua anak itu pun juga tidak merasa keberatan jika anak-anaknya menginap.
Banyak hal yang mereka lakukan. Mulai dari cerita-cerita masa lalu, curhat, nonton dvd, main kartu, sampai makan banyak sekali cemilan. Hingga saat matahari mulai memancarkan sinarnya, disaat orang-orang baru saja bangun dari istirahat di malam hari, ketiga cewek itu malah baru memejamkan mata dan tidur bertumpuk di atas tempat tidur Diara yang sebenarnya hanya cukup untuk dua orang.
Seindah itukah persahabatan mereka?
Di lapangan basket saat bel pulang berbunyi dipenuhi oleh banyak pelajar SMA berseragam putih abu-abu. Di tengah-tengah kerumunan itu, Icha yang terlihat sangat kaku berhadapan dengan Fiko, seorang vokalis sekaligus kapten basket yang cukup populer di sekolah.
“Aku suka sama kamu. Kamu mau jadi pacarku?” tanya Fiko sambil memberikan mawar merah pada Icha.
“Permisi, permisi,” Vania dan Diara yang memang berbeda kelas langsung menerobos kerumunan teman-teman satu sekolahnya itu untuk melihat kejadian yang dialami sahabat baik mereka. Tentu saja mereka berdua sangat terkejut ketika cowok keren pujaan cewek-cewek di sekolah menyatakan perasaannya kepada Icha, cewek pemalu yang belum pernah pacaran sampai saat ini.
“Icha sangat bodoh kalau ia nolak Fiko,” bisik Vania kepada Diara yang berdiri di sebelahnya. Biarpun begitu, Vania dan Diara yakin Icha akan menolak Fiko. Cewek itu terlalu pemalu, apalagi jika berhadapan dengan lawan jenis. Icha pasti belum siap untuk pacaran. Tapi ternyata, Icha tidak terlalu bodoh untuk menolak Fiko.
Cewek pendiam itu menerima mawar yang Fiko berikan untuknya, dan kemudian ia menjawab pertanyaan Fiko, “Aku mau jadi pacar kamu.”
Vania dan Diara cukup terkejut mendengar kata-kata Icha barusan. Mereka berdua Fiko dan Icha bahkan belum melewati proses pendekatan. Tiba-tiba saja Fiko menembak cewek pendiam itu, dan kini mereka resmi berpacaran.
“Selamat ya, Cha!” ujar Vania dan Diara bersamaan Fiko masuk ke dalam mobil dan berpisah dengan pacar barunya itu . Icha lebih memilih untuk pulang bersama sahabat-sahabatnya.
Icha tersenyum. Tanpa menunggu kedua sahabatnya bertanya, Icha segera memberi penjelasan. “Sebenarnya, udah dua minggu belakangan ini diam-diam aku dan Fiko berhubungan. Dia selalu nelpon aku tiap malam, tapi aku nggak nyangka kalau dia bakal ngungkapin perasaannya secepat itu, apalagi di depan banyak orang.” Wajah manisnya itu tak pernah berhenti untuk tersenyum. Kemudian Icha melanjutkan kata-katanya, “Aku janji kok nggak akan ngelupain kalian berdua biarpun aku udah punya pacar.”
Perkataan Icha memang benar. Tapi ternyata ia tidak bisa memegang janjinya itu untuk waktu yang lama. Baru saja satu minggu berpacaran Icha sudah jarang berkumpul dengan Vania dan Diara.
Malam minggu kali ini mereka lewati tanpa Icha. Tapi, Vania dan Diara masih memaklumi. Wajarlah, namanya juga pasangan baru. Untuk itu, mereka masih dengan senang hati membiarkan Icha menghabiskan malam minggu bersama pacar barunya.
Sampai akhirnya menjelang satu bulan jadian, Icha sama sekali tidak memperdulikan kedua sahabatnya. Di sekolah, Icha lebih sibuk dengan cowoknya. Jangankan mengobrol panjang lebar seperti biasa, untuk sekedar menyapa saja cewek itu seakan tidak punya waktu.
Icha berubah. Ia bukan lagi cewek pendiam dan pemalu. Pacarnya yang populer membuatnya ikut tergabung dalam geng cewek populer di sekolah. Malam minggu yang biasanya dihabiskan bertiga, kini Icha gunakan bersama sang pacar dan teman-temannya yang populer itu. Dalam waktu yang singkat, Icha menjadi sangat berbeda dan menjadi cewek populer di sekolahnya.
Vania dan Diara juga sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Diara yang menjadi wakil ketua panitia untuk acara pensi di sekolahnya sama sekali tidak punya waktu untuk bersenang-senang. Apalagi buat seorang perfeksionis sepertinya, Diara terbiasa melakukan segala sesuatunya dengan serius dan tidak mau diganggu . Sementara Vania akhir-akhir ini selalu sendirian. Sepertinya hanya ia yang tersisa dari dua orang sahabatnya dan merasa bahwa Icha dan Diara sudah berbeda.
Tiga sahabat yang dulu selalu bersama seperti anak kembar, kini terpisah. Tenggelam dalam kehidupan masing-masing yang berbeda.
***
Hari itu Vania terlambat pulang. Hasil ulangannya yang
belakangan ini selalu di bawah rata-rata memaksanya untuk ulangan perbaikan
lengkap dengan nasihat guru-guru yang membosankan itu. Dan semua itu
dilakukannya setelah bel pulang berbunyi. Sekolah sudah mulai sepi. Vania berjalan menyusuri koridor berhadapan dengan deretan kelas XI IPS. Awalnya ia berjalan seperti biasa, tapi langkahnya terhenti begitu mendengar suara seorang cewek yang sangat ia kenal.
“Kamu tidak perlu ngeluarin alasan macam-macam!” Icha berteriak.
Vania tahu persis bahwa Icha sedang menangis. Bisa ia tebak, pasangan populer itu pasti sedang berantem. “Aku udah tahu semuanya! Kamu suka kan sama Aira?!”
“Cha,” Fiko mencoba untuk menjelaskan tapi Icha terlanjur pergi meninggalkannya. Langkah Icha sempat terhenti begitu ia melihat Vania berdiri di samping ruangan dan melihat kejadian itu, tapi Icha seakan tidak membutuhkannya. Cewek manis itu justru kembali berlari dan berbelok hingga sosoknya tak terlihat lagi .
***
Diara memasuki kamarnya kemudian melempar tas sekolahnya
dengan asal. Ternyata hasil lemparan itu tidak jatuh di atas tempat tidur atau
lantai, tetapi mengenai sebuah pigura foto dirinya dengan Vania dan Icha. Pigura
foto yang tertempel di dinding, tepat di atas meja belajarnya terjatuh dan
pecah.Diara segera memungut benda tersebut . Dilihatnya wajah sahabat-sahabatnya yang ada dalam foto tersebut. Dalam foto itu, Icha tersenyum malu-malu, sedangkan Vania memasang ekspresi wajah bodoh yang lucu, sementara dirinya menunjukkan senyum manis yang juga terlihat centil.
Apa kabar mereka? Pikir Diara. Bersekolah di tempat yang sama, biarpun saling berbeda kelas, tapi Diara sama sekali tidak tahu bagaimana keadaan kedua sahabatnya itu. Dimana letak kesalahannya sampai-sampai kini ia sudah seperti tidak mengenal Icha dan Vania. Bahkan jika berpapasan di tengah jalan, mereka hanya selalu tersenyum seperti orang yang tidak saling mengenal.
Kamarnya yang selalu menjadi tempat curhat dan berkumpul mereka bertiga kini selalu kosong setiap harinya. Dimana letak kesalahan yang membuat persahabatan ini melonggar?
Diam-diam, Diara merasa rindu. Ia merindukan kebersamaan dengan dua orang sahabat terbaiknya. Tiba-tiba saja handphonenya berbunyi.
Inikah yang dinamakan naluri seorang sahabat? Karena tiba-tiba saja Vania menelponnya, membuat senyum menghiasi wajah Diara yang cantik itu.
***
Malam minggu . Icha berada di dalam kamarnya seorang
diri. Mata bulat miliknya bengkak akibat menangis sepanjang hari. Terdengar suara ketukan dari pintu kamar Icha, membuat cewek itu tersadar dari lamunannya. Tanpa menunggu jawaban dari si pemilik kamar, si pengetuk pintu masuk ke dalam kamar Icha.
Icha menatap dua orang tamu yang mengunjunginya malam itu. Dua orang sahabat yang sempat ia lupakan semenjak pacaran dengan Fiko. Vania dan Diara. Tiba-tiba Icha merasa senang dan nyaman. Muncul perasaan kangen saat melihat mereka bertiga kembali berkumpul.
“Kamu belum ngapa-ngapain?” seru Diara sambil bergegas membuka lemari pakaian Icha dan melemparkan baju pilihannya pada cewek itu.
Sementara Vania, ia sibuk merapikan tisu-tisu yang bertaburan di atas lantai kamar Icha.
“Kalian pada ngapain sih?” tanya Icha bingung.
“Icha sayang, ini tuh malam minggu. Ngapain sendirian di kamar sambil nyampah kayak gini?” ujar Vania sambil menarik Icha untuk masuk ke dalam kamar mandi dan membuang tisu-tisu yang di pungutnya ke dalam tempat sampah.
“Teman-teman,” panggil Icha sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi , “Terima kasih. Kalian selalu ada buat aku ...”
***
Sesuatu yang sudah sangat lama tidak mereka lakukan.
Berkumpul bertiga sambil memakan es krim favorit mereka. “Cha, kamu belum cerita masalah kamu sama Fiko,” sahut Vania.
Icha terdiam sebentar, kemudian ia menarik nafas panjang dan mulai bercerita, “Fiko selingkuh sama Aira, ketua ekskul dance di sekolah.”
Vania dan Diara diam mendengar cerita Icha.
“Dia masih tidak mau ngaku, tapi pas aku bilang putus baru dia ngaku kalau dia udah nggak sayang lagi sama aku,” Icha menghela napas, “Harusnya aku nggak pacaran sama dia! Aku malah ngasi waktu aku sama kalian buat cowok nyebelin kayak gitu!”
“Nggak gitu juga kali Cha,” ujar Diara sambil menatap Icha yang kini kembali menundukkan kepalanya, “Punya sahabat bukan berarti kamu nggak boleh pacaran, kan? Tapi kamu harus ngebagi-bagi waktu. Kalau malam minggu sama pacar, setidaknya hari-hari lain kamu bisa main sama kita.”
Icha memasukkan suapan terakhir es krim cokelat ke dalam mulutnya, “Kalian tahu dari mana kalau aku ada masalah?” tanya cewek itu pada dua orang sahabatnya.
“Sahabat yang baik selalu tahu apa yang sedang terjadi pada sahabatnya,” Diara tersenyum. “Aku minta maaf banget kalau selama ini aku terlalu sibuk ngurusin pensi sekolah, sampe aku ngelupain kalian berdua ...” lanjutnya.
“Aku juga,” Icha menambahkan, “Terlalu sibuk pacaran sampe cuek sama kalian.”
“Kita masih belum jauh, kok,”Vania yang merasa satu-satunya orang yang tidak sibuk apa-apa seolah menjadi benang penyambung persahabatan mereka, “Maaf Cha, karena aku udah nguping waktu kamu berantem sama Fiko. Begitu tahu kamu ada masalah aku langsung telepon Diara.”
“Nggak apa-apa” Icha tersenyum, “Aku justru beruntung banget. Beruntung karena aku punya sahabat kayak kalian. Sobat yang paling setia. Padahalkan saat ini kita lagi ada masalah.”
“Masalah apa?” tanya Vania, “Aku sendiri sebenarnya bingung loh. Kita kan nggak berantem hebat, tapi tiba-tiba jadi jauh kayak gitu.”
Diara tersenyum, begitu juga dengan Icha. Tidak ada yang bisa membuat persahabatan ini merenggang, jika masing-masing dari mereka tidak mementingkan kesenangannya dan masalahnya sendiri. Tapi yang terpenting sekarang ini, tiga sahabat itu bisa berkumpul lagi. Di malam minggu yang cerah, yang ditutup dengan acara menginap bersama di rumah Diara, seperti biasanya.
***
Semoga
cerpen fiksi persahabatan diatas dapat kalian ambil kesimpulan dan hikmahnya,
sehingga dapat membuat persahabatan kalian menjadi lebih erat ^^
0 komentar:
Posting Komentar